Sabtu, 18 Januari 2014

Sejarah Mesir Kuno Tentang Kucing


Kucing Mesir Kuno
Kucing telah dipelihara oleh manusia setidaknya sejak zaman mesir kuno. Pada kebudayaan mesir kuno terdapat mitos yang terkenal mengenai seorang dewi berbentuk kucing bernama Bast. Bast adalah dewi pelindung rumah, kucing dan pelindung ladang dari serangan tikus, kadang-kadang mempengaruhi beberapa aspek dalam peperangan dan menjelma dalam bentuk singa betina.

Banyak orang mempercayai, kucing pertama kali dipelihara oleh manusia (didomestikasi) pada awal kebudayaan mesir kuno. Pada zaman tersebut kucing telah menyelamatkan kehidupan banyak dari kelaparan akibat serangan tikus. Mitos Dewi Bast muncul dari kekaguman manusia terhadap kucing sebagai hewan kesayangan. Bast adalah anak dari dewa matahari Ra dan banyak berperan penting dalam kepercayaan mesir kuno.

Beberapa hali sejarah menduga kucing yang hidup di pulai kenya yang terletak di kepulauan Lamu adalah keturunan terakhir langsung dari kucing Mesir kuno yang masih hidup hingga saat ini.
Beberapa kepercayaan kuno mempercayai kucing sebagai perwujudan dari jiwa/roh yang bertugas menemani dan membimbing manusia. Mereka dianggap mengetahui tentang segala sesuatu, tetapi mereka bisu sehingga tidak dapat mempengaruhi berbagai keputusan yang diambil manusia.

Di Jepang dikenal Maneki Neko (dalam bahasa jepang : neko=kucing), kucing yang menjadi simbol keberuntungan. Selain itu dikenal juga Muezza, kucing favorit Nabi Muhammad. Sudah jadi cerita umum bahwa kucing mempunyai sembilan nyawa. Cerita itu muncul sebagai penghargaan manusia terhadap mahluk kucing yang mempesona, ketahanan tubuhnya, insting merawat dan membersihkan diri dan juga kemampuannya untuk selalu selamat bila jatuh dari ketinggian tanpa ada luka/cidera yang berarti.

Berikut mitos-mitos mengenai kucing :

1. Catatan paling awal tentang usaha domestikasi kucing adalah sekitar tahun 4000 SM di Mesir, ketika kucing digunakan untuk menjaga toko bahan pangan dari serangan tikus. Namun, dalam sebuah makam di Shillourokambos, Siprus, bertahun 7500 SM, ditemukan kerangka kucing yang dikuburkan bersama manusia. Karena tikus bukanlah hewan asli Siprus, hal ini menunjukkan bahwa paling tidak pada saat itu, telah terjadi usaha domestikasi kucing. Kerangka kucing yang ditemukan di Siprus ini mirip dengan spesies kucing liar yang merupakan nenek moyang kucing rumahan saat ini. Sebuah topeng perunggu digunakan dalam pemakaman mumi kucing di Mesir kuno. Orang Mesir kuno menganggap kucing sebagai penjelmaan dewi Bast, juga dikenal sebagai Bastet atau Thet. Hukuman untuk membunuh kucing adalah mati, dan jika ada kucing yang mati kadang dimumikan seperti halnya manusia.

2. Di abad pertengahan, kucing sering dianggap berasosiasi dengan penyihir dan sering dibunuh dengan dibakar atau dilempar dari tempat tinggi. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa takhyul seperti inilah yang menyebabkan wabah Black Death menyebar dengan cepat. Black Death diperkirakan merupakan sebuah wabah penyakit pes di Eropa pada abad ke-14. Cepatnya penyebaran wabah ini menyebabkan banyak orang waktu itu percaya bahwa setanlah yang menyebabkan penyakit tersebut. Pernyataan Paus yang menyebutkan bahwa kucing, yang berkeliaran dengan bebas, telah bersekutu dengan setan. Karena pernyataan ini, banyak kucing dibunuh di Eropa pada saat itu. Penurunan jumlah populasi kucing menyebabkan meningkatnya jumlah tikus, hewan pembawa penyakit pes yang sesungguhnya.

3. Saat ini, orang masih percaya bahwa kucing hitam adalah pembawa sial sementara ada yang percaya bahwa kucing hitam justru membawa keberuntungan. Kucing juga masih diasosiasikan dengan sihir. Kucing hitam sering diasosiasikan dengan Halloween. Penganut wicca dan neopaganisme yang lain mempercayai bahwa kucing sebenarnya baik, mampu berhubungan dengan dunia lain, dan dapat merasakan adanya roh jahat.

4. Di Asia, kucing termasuk ke dalam salah satu zodiak Vietnam. Namun kucing tidak termasuk ke dalam zodiak Tionghoa. Menurut legenda, ketika Raja Langit mengadakan pesta untuk hewan yang akan dipilih menjadi zodiak, ia mengutus tikus untuk mengundang hewan-hewan yang telah dipilihnya. Bagian cerita ini dikisahkan dalam berbagai versi, tikus lupa untuk mengundang kucing, tikus menipu kucing mengenai hari pesta, dan berbagai variasi lainnya. Pada akhirnya kucing tidak hadir dalam pesta itu, tidak terpilih menjadi hewan zodiak, sehingga memiliki dendam kesumat pada tikus.

5. Bagi orang Jepang, kucing adalah hewan teramat istimewa. Bahkan, konon orang Jepang lebih memilih memelihara kucing dibanding memelihara anjing. Para kaisar yang pernah menduduki tahta pemerintahan, konon selalu memelihara kucing. Ini dikarenakan adanya mitos turun-temurun yang menyatakan bahwa kucing adalah hewan kesayangan Dewa Amaterasu, dewa matahari. Sebagai hewan kesayangan Dewa, kucing sering turun ke dunia manusia untuk mengamati kehidupan para manusia dan melaporkan segala yang dilihatnya itu kepada para dewa.

Jika ia menemukan orang yang berhati mulia namun sangat miskin, ia akan melaporkannya kepada Dewa Kemakmuran agar orang baik tersebut diberi rahmat rejeki. Dari mitos ini pulalah lahir boneka “ManekiNeko”, yaitu boneka atau patung kucing yang duduk dan melambaikan satu kaki depannya. Kita sering melihat patung seperti ini di toko-toko, bukan? Patung ini adalah simbol rejeki atau kemakmuran, karena orang Jepang percaya bahwa kucing itu mendatangkan rejeki. Mitos ini tidak hanya dipercaya oleh orang Jepang, tapi juga oleh orang-orang China yang dikenal sebagai pedagang ulung.

(Dikutip dari berbagai sumber)